SKI Kelas VI - Khalifah Ali bin Abi Thalib
A. Riwayat Khalifah
Ali bin Abi Thalib
Khalifah keempat setelah Utsman
bin Affan adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia lahir sekitar tahun 559 M dan wafat pada
tahun 661 M / 40 H. Masa pemerintahannya berlangsung selama 5 tahun, yaitu dari
tahun 656 M-661 M. Ali bin Abi Thalib
dijuluki sebagai pintu ilmu oleh Rasulullah Saw. serta merupakan khalifah
terakhir dalam Khulafaurrasyidin. Ia adalah anak paman Rasulullah Saw, bertemu
dengan nasabnya pada kakeknya, Abdul Muthalib bin Hasyim, yang memiliki anak bernama
Abu Thalib saudara laki-laki kandung Abdullah, bapak Nabi Muhammad Saw. Adapun silsilah Ali bin Abi Thalib bertemu
dengan silsilah Nabi Muhammad Saw dapat dilihat dalam bagan berikut ini!
Nama yang diberikan kepada Ali
pada saat kelahirannya adalah As’ad (singa). Nama tersebut hasil pemberian sang
ibu sebagai kenangan dari nama bapaknya yang bernama As’ad bin Hasyim. Ketika
putranya lahir, Abu Thalib saat itu tidak ada di tempat. Setelah ia tahu nama
pemberian sang ibu kepada buah hatinya adalah As’ad, ia merasa kurang tertarik
dengan nama tersebut, maka kemudian menggantinya dengan nama Ali.
Menurut Ibnu Ishaq, Ali bin Abi
Thalib dilahirkan 10 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw menjadi nabi.
Ali mempunyai beberapa julukan, diantaranya; Abul Hasan, yaitu dinasabkan
kepada anaknya yang paling besar, Hasan. Selain itu juga dijuluki Abu Turab,
yaitu julukan pemberian Rasulullah Saw. dan Ali merasa senang jika dipanggil
itu. Ada juga julukan lain adalah Abul Hasan wal Husain, Abul Qashim Al-
Hasyimi, dan Abu As-Sabthaini. Ali memiliki gelar Amirul Mukminin.
Ali mempunyai tiga saudara
kandung laki-laki, yaitu: Thalib, Ukail, Ja’far, dan dua saudara kandung
perempuan, yaitu: Ummu Hanik dan Jumanah. Sedangkan istri Ali adalah Fathimah
binti Rasulullah Saw. Dari pernikahannya dengan Fathimah mempunyai empat anak,
yaitu: Hasan, Husain, Zainab Al-Kubra, dan Ummu Kultsum Al-Kubra. Ali bin Abi
Thalib masuk Islam saat setelah keislaman istri Rasulullah Saw., Khadijah. Ia
adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan anak-anak.
B. Kepribadian Khalifah Ali bin Abi Thalib
1. Cinta ilmu
Ali bin Abi Thalib tercatat sebagai
ulama para sahabat senior. Ia dikenal dengan kesungguhannya dalam mengejar
cita-cita dan kehati-hatiannya dalam menerima ilmu. Ali memiliki lisan yang senantiasa
gemar bertanya untuk mencari ilmu, dan tidak pernah menyia-nyiakan untuk selalu
berada di sisi Nabi Muhammad Saw.
Ali
bin Abi Thalib menjelaskan sebab kedalaman dan keluasan ilmu yang Allah
karuniakan kepadanya bahwa hal itu karena ia dapatkan dari Rasulullah dengan
suka bertanya. Ia berkata, “Apabila aku bertanya, maka aku diberikan apa yang
aku tanyakan tersebut. Dan apabila aku diam, maka aku pun tidak mendapatkan
sesuatu.” Dalam keadaan tertentu, ketika Ali merasa malu kepada Rasulullah padahal
ia ingin bertanya kepada beliau, maka ia pun meminta kepada salah seorang
sahabat yang lain agar menanyakan apa yang ia inginkan tersebut kepada
Rasulullah Saw.
2. Kezuhudan
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
adalah manusia yang tumbuh dan berkembang dalam didikan cahaya Kitabullah,
Al-Quran. Hal tersebut dapat dipahami karena kedekatannya dengan Nabi Muhammad
Saw, kebersamaannya dengan sahabat, dan kemampuannya merenungi hakekat
kehidupan dunia ini bahwa hakekat kehidupan adalah ujian dan cobaan.
3. Tawadhu’
Kepribadian lain Ali bin Abi Thalib
yang patut ditiru adalah tawadhu’. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah kisah
berikut ini. Ali rela membawa sendiri barang-barang yang dibelinya padahal
ketika itu ia adalah Amirul Mukminin dan sahabat Rasulullah yang telah
mencicipi banyak pengalaman. Ia tidak menerima tawaran dari pihak lain untuk
meringankan beban yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan sikap ini Ali telah
memberikan contoh dari sikap tawadhu kepada segenap kaum muslimin.
4. Dermawan
Diantara akhlak al-Quran yang menyatu
dalam diri Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib adalah dermawan dan murah hati.
Pada suatu ketika ada seseorang menghampiri Ali bin Abi Thalib untuk mengadukan
kebutuhan. Ia memenuhi kebutuhan seseorang tersebut dengan memintanya
menuliskan kebutuhannya agar segera dipenuhi.
5. Rajin Ibadah
Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib
benar-benar mempraktikkan arti ibadah secara utuh dalam kehidupannya. Ia
dikenal dengan istiqamahnya dalam mengerjakan shalat malam hingga dikawal
sebagai ahli shalat tahajud.
C. Perjuangan Ali
bin Abi Thalib sebagai Khalifah
Setelah Utsman bin Affan wafat,
kekhalifahan diganti Ali bin Abi Thalib. Semua sahabat Rasulullah yang ada di
Madinah baik dari Muhajirin dan Anshar secara sukarela berbondong-bondong
membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa saat itu
tidak ada yang lebih utama dan lebih berhak menjadi khalifah dibandingkan Ali.
Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Rasulullah yang luas ilmunya, paling dekat
nasabnya dengan Rasulullah Saw., paling berani diantara mereka, paling dicintai
Allah dan Rasul-Nya.
Masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
melakukan langkah-langkah penting, diantaranya:
1. Dalam bidang hukum
Ali
bin Abi Thalib mengembangkan sistem investigasi kriminal dan membuat kebijakan
tentang pemisahan antara saksi kunci untuk pembuktian kebenaran dan mengungkap
kenyataan. Syarat hakim pada masa Ali bin Abi Thalib adalah; menguasai permasalahan
yang dihadapi kaum muslimin, sehat akalnya, baligh, matang usianya, lemah
lembut, menguasai syariah, mengetahui nasikh dan mansukh serta muslim. Di bawah
ini adalah diantara hakim pada masa Ali bin Abi Thalib beserta wilayahnya:
No.
|
Nama Hakim
|
Wilayah
|
1.
|
Syuraih bin Al-Harits
|
Kufah
|
2.
|
Abdullah bin Mas’ud
|
Yaman
|
3.
|
Utsman bin Hanif dan Abdullah bin Abbas
|
Basrah
|
4.
|
Qais bin Sa’ad
|
Mesir
|
5.
|
Imarah bin Syihab
|
Kufah
|
6.
|
Qatsam bin Al-Abbas
|
Madinah
|
7.
|
Jad bin Hubairah Al-Makhzumi dan Khalid bin Qurrah
Al-Yarbu’iy
|
Khurasan
|
Masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, tidak diperkenankan adanya perantara antara orang
yang menuntut haknya dengan hak yang dituntut. Karenanya, para pihak yang
bersengketa tidak diperkenankan membayar sedikitpun kepada qadhi atau negara.
Pada saat itu, hakim digaji oleh pemerintah, misalnya Syuraih menjadi qadhi di Kufah
mendapatkan gaji bulanan sebesar 500 dirham.
2. Membentuk Majelis
Syura
Khalifah
Ali bin Abi Thalib membentuk Majelis Syura yang terdiri dari para ulama dan
ahli hukum. Merekalah yang disebut dengan Ahlul Halli wal Aqdi, karena mereka
harus memiliki kemampuan dan keahlian. Tugas anggota majelis syura ini adalah
mempelajari, mengkaji, dan melakukan riset terhadap permasalahan untuk menentukan
kebijakan umum terkait dua hal:
a. menjaga stabilitas
negara dengan kebijakan yang membawa kemaslahatan;
b. menegakkan hukum yang
telah dibuat;
Majelis
yang sama juga dibentuk di tingkat wilayah dan daerah sehingga sistem yang
terbentuk tidak bersifat terpusat. Dalam pengisian posisi ini Ali mengatakan,
“Majelis Syura harus diisi oleh orang yang muruah (punya integritas kepribadian),
pandai menilai diri, saleh, selalu segera dalam kebaikan. Mereka harus
orang-orang yang memiliki kemauan, berani, dermawan, dan toleran. Mereka adalah
sosok yang memiliki kemuliaan.”
3. Membentuk satuan
keamanan;
Dalam
bidang militer, langkah-langkah yang dilakukan Ali bin Abi Thalib adalah:
a) Harus memiliki
kekuatan militer yang menjaga dan membela wilayah;
b) Mempersiapkan dan
membentuk kekuatan militer menjadi tanggung jawab kepala negara atau gubernur
militer yang ditempatkan di wilayah harus digaji dari Baitul Mal wilayah;
c) Mengangkat komandan
militer yang bertanggung jawab langsung kepada kepala negara atau gubernur. Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kepala negara atau gubernur dalam
menetapkan komandan militer. Kepala negara atau gubernur harus memberikan
pengayoman dan perhatian kepada mereka agar fokus kepada tugas utama, menjaga
kedaulatan Islam. Jika pemimpin memberikan perhatian kepada para tentara, maka
tentara akan memberikan perhatian kepada pemimpinnya.
4. Menjaga stabilitas
keamanan dalam negeri
Untuk
menjaga stabilitas keamanan dalam negeri perlu dilakukan strategi politik
damai. Amirul mukminin menulis surat kepada sebagian pajabatnya di wilayah,
“Sesungguhnya pimpinan penduduk negeri Anda telah mengadukan keluhannya tentang
kekerasan, kekejaman, penghinaan, dan sikap acuh.
Kenakanlah
untuk mereka jubah kelembutan untuk melunakkan sikap keras. Pergilirkanlah
antara sikap tegas dan lunak. Lakukan tarik ulur; mendekat pada saat jauh, dan
menjauh pada saat dekat.”
Kebijakan
seperti ini harus dilakukan untuk menjaga keamanan dalam negeri. Jika terjadi
sesuatu dapat membahayakan keamanan dalam negeri, maka tugas kepala negara atau
gubernur berupaya mencari solusi dengan cara-cara damai dan berusaha
menghindari kekuatan represif yang dapat mengancam keselamatan rakyat.
5. Anggaran belanja
negara
Sumber
pemasukan bagi wilayah pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib adalah diantaranya
berasal dari zakat, shadaqah. Dari sumber tersebut dikumpulkan di Baitul Mal.
Dalam Baitul Mal memiliki petugas yang mencatat semua pemasukan dan pengeluaran.
Harta yang dikumpulkan dalam Baitul Mal harus dialokasikan untuk pembayaran
para pekerja, karyawan, orang-orang yang membutuhkan, pembangunan, dan
kebutuhan lainnya yang diperlukan oleh masing-masing wilayah.
Jika
ada kelebihan, itulah yang dikirimkan kepada khalifah di ibu kota negara. Bila diibaratkan,
Baitul Mal yang berada di wilayah bagaikan jantung dalam tubuh manusia. Ia
mendistribusikan darah ke seluruh organ tubuh. Perhatikan pernyataan Ali dalam menyalurkan
hasil pengumpulan di Baitul Mal:
“Perhatikanlah apa yang telah engkau
kumpulkan dari harta Allah. Salurkanlah kepada orang-orang yang membutuhkan dan
kelaparan.”
Dari
pernyataan tersebut, Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada Allah Swt., agar hasil pengumpulan di Baitul Mal disalurkan kepada yang
membutuhkan. Dengan kata lain pembagiannya tepat sasaran.
D. Nilai
Keteladanan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Keteladan khalifah Ali bin Abi Thalib yang
dapat kita ambil pelajarannya dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut:
1. Cinta ilmu.
Diantara caranya belajar dengan
sungguh-sungguh di madrasah. Dalam belajar tersebut, seperti yang dicontohkan
Ali bin Abi Thalib, diantaranya dengan aktif bertanya. Begitu juga dengan
peserta didik madrasah harus aktif bertanya kepada guru atau orang yang lebih
tahu. Selain itu, dalam belajar, jangan hanya saat akan menghadapi ulangan atau
ujian, akan lebih baik ada ulangan atau tidak tetap belajar;
2. Kezuhudan.
Di sini, kita diberi teladan khalifah Ali bin
Thalib dengan sikap zuhud, tidak silau terhadap kemewahan duniawi yang bersifat
sementara. Karenanya, sebagai peserta didik madrasah jangan mengambil harta
atau benda yang bukan miliknya. Apabila mempunyai kelebihan rejeki, harta
tersebut digunakan untuk dinafkahkan
di jalan Allah Swt.;
3. Tawadhu’.
Sehebat apapun (pintar, kaya, tampan,
cantik) seseorang termasuk peserta didik madrasah harus mempunyai sikap
tawadhu’. Hal ini merupakan keteladanan Ali bin Abi Thalib, meskipun sebagai
sosok pemimpin serta cerdas, ia tawadhu. Penerapan tawadhu’ peserta didik dapat
dilakukan kepada siapapun, diantaranya dengan guru, orang tua, teman satu
kelas, kakak atau adik kelas;
4. Dermawan.
Harta yang dimiliki seseorang adalah
amanah dari Allah Swt. yang dititipkan. Amanah tersebut akan ditanyakan-Nya di
hari akhirat. Karenanya, harta yang dimiliki seseorang harus dimanfaatkan
dengan baik. Jangan sampai harta yang dimiliki digunakan untuk keperluan yang
tidak ada manfaatnya atau melanggar ajaran Islam. Karenanya, harta yang kita
dimiliki diinfakkan di jalan Allah. Misalnya, untuk membantu peserta didik yang
kurang mampu, korban banjir, membangun masjid, membangun madrasah, dan
sebagainya.
5. Rajin ibadah.
Beribadah kepada Allah Swt. adalah tugas
utama bagi seluruh manusia di muka bumi. Melaksanakan ibadah merupakan bentuk
ketaatan seorang hamba kepada sang pencipta. Diantaranya ibadah yang
dilaksanakan pelajar adalah melaksanakan salat tepat pada waktu serta
dilaksanakan dengan khusyuk. Seseorang yang melaksanakan salat, maka akan
mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Karenanya, peserta didik madrasah
harus rajin ibadah dan juga dapat menghindari larangan-larangan Allah Swt.
👍
BalasHapusSama aja lho keteladan dan kepribadiannya
BalasHapus